Karakteristik suku bangsa indonesia
Kebudayaan memiliki cara khas karena memiliki rata-rata yang
khusus, sehingga berbeda dengan kebudayaan lain.
Suku bangsa yang khas palembang adalah:
·
Bahasa dan adat sendiri yang berasal
dari nenek moyang
·
Perbedaan latar belakang sejarah
·
Agama
Cara-cara
menghormati suku bangsa lain yaitu :
·
Menerima suku bangsa lain
·
Menambah pengetahuan bangsa lain
·
Tidak menjelek-jelekan/menghina bangsa
lain
Hak Asasi manusia
Hak asasi
manusia disingkat HAM hakekatnya lahir bersama dengan adanya manusia. Bahkan
sesama masih dalam kandungan,manusia sudah ada bersama hak asasinya.
Pengertian HAM
secara umum yaitu hak sasi manusia sebagai hak-hak yang memungkinkan kita untuk
tanpa diganggu menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara sebagai warga
dari suatu kehidupan bersama.
Pengertian
lain dari HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat keberadaan
manusia sebagai mahluk tuhan yang maha esa dan merupakan anugerah yang wajib
dihormati.
Perkembangan atas
pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara perlahan dan beraneka ragam. Perkembangan
tersebut antara lain dapat ditelusuri sebagai berikut:
·
Hak asasi manusia Yunani
·
Hak asasi manusia inggris
·
Hak asasi manusia Amerika serikat
·
Hak asasi manusia Prancis
·
Hak asasi manusia oleh PBB
·
Hak asasi manusia di indonesia
Perkembangan HAM adalah:
·
Pendapat berpusat hukum dan politik
·
Hak sosial,politi,budaya
·
Menjanjikan antara hak
ekonomi,sosial,hukum,dan budaya
·
Menjanjikan pembangunan
Teori fungsional struktur
Teori fungsionalisme struktural adalah
suatu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad
sekarang.
struktur-fungsional
mulai mengalami kemerosotan semenjak tahun 1960-an hingga 1980-an. Namun, pada
tahun 1980-an pada upaya besar untuk menghidupkan kembali teori itu dengan
jidul baru “neo-fungsionalisme.
Alexander (1985) mendefinisikan kelemahan parson yang
diasosiasikan dengan struktur fungsionalisme yang perluh diatasi oleh
fungsionalisme:
·
Anti-individu
·
Antagonisme
terhada perubahan
·
Konservatisme
·
Idealisme
·
Anti
empiris
Teori struktural fungsional ini juga
dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber
yang mempunyai pengaruh kuat adalah
·
Visi substantif mengenai tindakan
sosial dan
·
Strateginya dalam menganalisa struktur
sosial.
Pemikiran structural fungsional
sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai
organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan,
ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme
tersebut tetap dapat bertahan hidup.
Merton mengkritik apa yang dilihatnya
sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional hal ini pula seperti yang
pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun beberapa
postulat tersebut antara lain:
·
Kesatuan fungsi masyarakat, seluruh
kepercayaan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi
masyarakat secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat,
·
Fungsionalisme universal, seluruh
bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif.
·
Indispensability, aspek standard
masyarakat tidak hanya memiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan
bagian bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan.
Pelapisan sosial pendidikan
Karakterisitik penting lain dari
stratidikasi sosial adalah selalu
melibatkan kelompok, bukan individu. Tingkat kekuasaan, hak istimewa dan
prestasi individu dalam masyarakat tergantung pada anggotanya dalam
kelompok-kelompok sosial dan bukan pada karakterisitik personalnya.
Status
sosial adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam
masyarakatnya.Salah satu faktor utama adanya stratifikasi sosial yaitu karena tingkat pendidikan.
Pelapisan
Sosial Menurut Parker yaitu Parker (1985) menyebutkan pelapisan sosial bukan
suatu subsistem dalam masyarakat. Hal ini berada dalam ekonomi, pedidikan atau
keluarga yang merupakan subsistem dari
masyarakat. Pelapisan sosial adalah suatu aspek umum dari struktur dalam sistem
yang kompleks.
·
Aristoteles : Pada jaman kuno di
dalam setiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka
yang melarat dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.
·
Adam Smith : Masyarakat di bagi
menjadi tiga, yaitu orang-orang yang hidup dari penyewaan tanah, orang-orang
yang hidup dari upah kerja, dan orang-orang yang hidup dari keuntungan
perdagangan.
·
Thorstein Veblen :
Membagi masyarakat dalam dua golongan yaitu golongan pekerja yang berjuang
mempertahankan hidup dan golongan yang banyak mempunyai waktu luang karena
kekayaannya.
·
Prof. Selo Soemardjan :
Pelapisan sosial akan selalu ada selama dalam masyarakat terdapat sesuatu yang
dihargai.
·
Robert M.Z. Lawang :
Pelapisan sosial merupakan penggolongan orang-orang dalam suatu sistem sosial
tertentu secara hierarkhis menurut dimensi kekuasaan, privelese, dan prestise
Kelompok 3
Teori Sistem
Teori
: yaitu dalil (ilmu pasti) ajaran atau paham (pandangan) tentang sesuatu
berdasarkan kekuatan akal (ratio) patokan dasar atau garis-garis dasar sains
dan ilmu pengetahuan; pedoman praktek.
Teori Sistem: yaitu, suatu kerangka yang
terdiri dari beberapa elemen / sub elemen / sub system yang saling berinteraksi
dan berpengaruh. Konsep system digunakan untuk menganalisis perilaku dan gejala
sosial dengan berbagai system yang lebih luas maupun dengan sub system yang
tercakup di dalamnya.
System kehidupan ini dapat dianalisis melaui dua
dimensi yaitu :
·
interaksi
antar bagian-bagian / elemen-elemen yang membentuk system.
·
interaksi /
pertukaran antar system itu dengan lingkungannya.
Talcott Parsons membangun suatu teori system umum /
Grand Theory yang berisi empat unsure utama yang tercakup dalam segala system
kehidupan, yaitu :
·
Adaptation,
·
Goal
Attainment,
Integration dan
Latent Pattern Maintenance.
Kebudayaan
modern
Menurut Fukuyama, secara tersirat
menyatakan bahwa semangat Prostanis Hebrais inilah yang membuat sistem
demokrasi liberal dan kapitalisme di Eropa mencapai hasil yang diinginkan
berupa kemakmuran ekonomi dan melimpahnya kesejahteraan material.
William Barret (1962) mengatakan bahwa akar dari
nihilisme modern dan materialisme yang membentuk kerangka nilai dari kebudayaan
modern ialah proses despiritualisasi atas semua aspek kehidupan dan semua
bentuk keberadaan.
Masalah utama bukan lagi masalah ritual keagamaan dan
spiritualitas. Masalah utama manusia adalah persoalan-persoalan yang bertalian
sepenuhnya dengan persoalan dunia seperti ekonomi dan politik.
Inilah situasi yang dialami manusia modern, baik di luar
dirinya maupun jauh dalam lubuk jiwanya. Renggangnya hubungan dengan
Tuhan bertukar menjadi rapatnya hubungan manusia dengan kekosongan atau
kehampaan.
Keinsyafan
ini didasarkan pada alas an bahwa kitab suci itu sendiri menyatakan bahwa Adam
dicipta dari tanah, baru kemudian roh ditiupkan ke dalam jasadnya. Kisah Ayub
mempertegas bahwa Tuhan sebenarnya telah meninggalkan manusia, sehingga
kerinduan pada asal usul kejadiannya, yaitu tanah, lebih besar dibanding
kerinduannya kepada Tuhan.
Proses akulturasi di
Indonesia tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat oleh usul-usul
radikal, dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi
pada dasarnya dilihat arah induk yang lurus: ”the things of humanity all humanity
enjoys”. Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan menerima unsur-unsur
kebudayaan internasional yang jelas menguntungkan secara positif.
Akan tetapi pada refleksi dan
dalam usaha merumuskannya kerap kali timbul reaksi, karena kategori berpikir
belum mendamaikan diri dengan suasana baru atau penataran asing. Taraf-taraf
akulturasi dengan kebudayaan Barat pada permulaan masih dapat diperbedakan,
kemudian menjadi overlapping satu kepada yang lain sampai pluralitas, taraf,
tingkat dan aliran timbul yang serentak. Kebudayaan Barat mempengaruhi
masyarakat Indonesia, lapis demi lapis, makin lama makin luas lagi dalam
(Bakker; 1984).
Apakah kebudayaan Barat
modern semua buruk dan akan mengerogoti Kebudayaan Nasional yang kita gagas?
Oleh karena itu, kita perlu merumuskan definisi yang jelas tentang Kebudayaan
Barat Modern. Frans Magnis Suseno dalam bukunya ”Filsafat Kebudayan Politik”,
membedakan tiga macam Kebudayaan Barat Modern:
Kebudayaan Teknologi Modern
Pertama kita harus membedakan antara Kebudayan Barat
Modern dan Kebudayaan Teknologis Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan
anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi, meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas
sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan Barat, anak itu sudah menjadi dewasa
dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan non-Barat, misalnya dari Jepang.
Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu
yang kompleks. Penyataan-penyataan simplistik, begitu pula penilaian-penilaian
hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran. Kebudayaan itu
kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam kedudukan
dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan teknologi dalam hidup
masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam
peralatan rumah tangga serta persenjataan modern. Hampir semua produk kebutuhan
hidup sehari-hari sudah melibatkan teknologi modern dalam pembuatannya.
Kebudayaan Tradisional
Kebudayaan
dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan jenis-jenisnya:
·
Hidup-kebatinan
manusia, yaitu yang menimbulkan tertib damainya hidup masyarakat dengan
adapt-istiadatnya yang halus dan indah; tertib damainya pemerintahan negeri;
tertib damainya agama atau ilmu kebatinan dan kesusilaan.
·
Angan-angan
manusia, yaitu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa, kesusasteraan dan
kesusilaan.
·
Kepandaian
manusia, yaitu yang menimbulkan macam-macam kepandaian tentang perusahaan
tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan lalu-lintas, kesenian yang
berjenis-jenis; semuanya bersifat indah (Dewantara; 1994).
Kebudayaan Nasional Indonesia adalah
segala puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan yang bernilai di seluruh
kepulauan, baik yang lama maupun yang ciptaan baru, yang berjiwa nasional
Membedakan tiga macam Kebudayaan Barat Modern:
·
Kebudayaan Teknologi Modern: Kebudayaan Tekonologis Modern
merupakan sesuatu yang kompleks.
·
Kebudayaan Modern Tiruan
·
Kebudayaan-Kebudayaan Barat
Kelemahan Kebudayaan. Artinya,
perbaikan dari keadaan lemah itu hanya dapat dicapai melalui pendekatan budaya.
Pemecahannya harus melalui pendidikan dalam arti luas dan Nation and Character
Building
Pelapisan
Sosial dari Sisi Ekonomi.
Dalam masyarakat dimanapun di
dunia, akan selalu dijumpai keadaan yang bervariasi, keadaan yang tidak sama. Satu
hal yang tidak dapat kita sangkal adalah bahwa keadaan di dunia selalu bergerak
dinamis. Dari segi alam ternyata bahwa tumbuhan tumbuhan, tumbuh mulai dari
kecil hingga besar dan dapat menghasilkan buah. Demikian dalam kenyataan
terlihat ada pohon besar dan pohon kecil, jenisnya pun berbeda.
Demikian juga dengan
masyarakat. “ masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama,
bercampur untuk waktu yang cukup lama, sadar bahwa mereka merupakan suatu
kesatuan dimana mereka merupakan sistem hidup bersama. Unit terkecil masyarakat
adalah keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak. Di kantor ada atasan,
bawahan.. diperusahaan ada majikan, buruh. Bahkan dalam penduduk pun kita temui
katagori penduduk berpendapatan rendah, penduduk berpendapatan sedang dan
penduduk berpendapatan tinggi.
Kenyataan-kenyataan yang
terlihat ini menunjukkan bahwa didalam kehidupan manusia, maupun kehidupan alam
terdapat adanya tingkatan/lapisan didalamnya; pelapisan terdapat sebagai suatu
kenyataan dalam masyarakat. Pelapisan maksudnya adalah keadaan yang
berlapis-lapis atau bertingkat-tingkat. Istilah pelapisan diambil dari kata
stratifikasi. Istilah stratifikasi berasal dari kata stratum ( jamaknya adalah
strata, yang berarti lapisan). Pitirim A sorokin mengatakan bahwa pelapisan
sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarchies). Perwujudan dari gejala stratifikasi sosial adalah
adanya tingkatan tinggi dan rendah. Dasar dan inti lapisan-lapisan didalam
masyarakat adalah karena tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak,
kewajiban dan tanggung jawab, serta dalam pembagian nilai-nilai sosial an
pengaruhnya diantara anggota masyarakat.
Di dalam suatu masyarakat,
pasti ada sesuatu yang paling dihargai oleh masyarakat. Bagi masyarakat
agraris, tanah adalah sesuatu yang paling dihargai; bagi masyarakat industri,
uang adalah sesuatu yang paling dihargai. Pada masyarakat kota, pendidikan
dapat merupakan hal yang paling dihargai. Sumber-sumber seperti uang, tanah,
pendidikan akan menyebabkan adanya pelapisan. Jadi mereka yang memiliki uang,
tanah ataupun berpendidikan tinggi akan menempati lapisan atas suatu
masyarakat. Golongan lapisan tertinggi dalam suatu masyarakat tertentu, dalam
istilah sehari-hari juga dinamakan “elite”. Dengan demikian pelapisan berarti
bahwa dalam masyarakat ada sejumlah kelompok masyarakat yang mempunyai posisi
berbeda-beda dalam tata tertib sosial masyarakat, dimana golongan-golongan itu
mendapat atau menikmati hak-hak tertentu.
Berarti tidak semua perbedaan
posisi di dalam masyarakat menunjukkan adanya pelapisan di dalam masyarakat.
Misalnya kedudukan suanmi sebagai kepala keluarga ataupun kedudukan pemuda
dalam masyarakat tidak membentuk suatu lapisan tertentu didalam masyarakat yagn
mempunyai hak-hak tertentu.
Setiap individu sebagai
anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Hak dan kewajiban akan
terlihat dalam kedudukan (status) dan peranan (role) yang dijalankan individu
tersebut. Kedudukan dan peranan merupakan unsur pembentuk terjadinya pelapisan
didalam masyarakt. Yang dimaksud dengan kedudukan adalah tempat atau posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya
didalam kelompok tersebut, atau tempat sebuah kelompok sehubungan dengan
kelompok-kelompok lainnya didalam kelompok yang lebih besar lagi. Misalnya
status sebagai anak didalam keluarga; status guru di sekolah ataupun status
Indonesia di organisasi PBB.
Dalam kenyataannya setiap
individu memiliki lebih dari satu kedudukan. Budi, misalnya sebagai kepala
keluarga mempunyai status sebagai kepala keluarga, ataupun status sebagai anak
dari orang tua, bisa juga status sebagai pegawai atau status sebagai anggota
organisasi olahraga. Dari statusnya, individu mempunyai Hak dan dibebani
kewajiban. Sebagai pegawai ia mempunyai hak untuk menerima penghasilan, hak
untuk mendapat cuti, hak untuk mendapat pengobatan, dan lain-lain. Sebaliknya
ia pun mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dijalaninya sesuai dengan
kedudukannya, yaitu mengerjakan pekerjaan sesuai tanggung jawab dan
kedudukannya tersebut. Dengan demikian hak dan kewajiban ini ibarat mata uang
yang bersisi dua, yang berinteraksi satu sama lain.
Kedudukan hak dan kewajiban
seseorang sesuai dengan kedudukannya disebut peranan. Peranan menentukan apa
yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kegiatan-kegiatan apa yang diberikan
oleh masyarakat kepadanya. Dengan demikian peranan mempunyai fungsi penting,
karena mengatur kelakuan seseorang dan pada batas-batas tertentu dapat
meramalkan perbuatan orang lain. Seseorang yang mempunyai kedudukan akan
berperan sesuai dengan kedudukan tersebut, sesuai dengan nilai yang
diberikan masyarakat kepada guru, sehingga guru haruslah orang yang tingkah
lakunya dapat digugu dan ditiru.
Aspek lain dari pelapisan
sosial ini bisa saja menjadi hal yang menguntugkan bagi sebagian orang, aspek
positif ini dapat kita jumpai di berbagai tempat contohnya jika kita seorang
pejabat pemerintah kita mungkin akan sedikit lebih mudah dalam urusan
birokrasi, karena adanya bantuan orang dalam yang memiliki jabatan. Plapisan
sosial di pedesaan mungkin akan menimbulkan hal baik bagi para pencari modal
apabila seseorang yang memilik tingkat ekonomi menengah ke atas berpendidikan
tinggi juga mempunyai jabatan dapat bekerja sama dengan masyarakat ke bawah
untuk saling membantu dengan mendirikan koperasi kecil-kecilan dengan modal
yang sudah di danai oleh orang yang mempunyai pengaruh kuat di daerah itu.
Plapisan sosial pastilah
terjadi dimanapun kita berada, namun tergantung dari bagaimana kita menyikapi
dan menjaganya agar tidak adanya kecemburuan, kesenjangan, dan
diskriminasi sosial pada masyarakat dalam tingkatan apapun, entah menengah ke
atas atau ke bawah, semua manusia dengan derajat yang sama, yang membedakan
tinggi rendah hanyalah akhlak yang mulia. Jika kita beruntung menjadi seorang
yang tinggi di mata sosial, maka jangan menyalahgunakan kedudukan tinggi
tersebut, dan jika kita berada dalam tingkatan rendah, maka berusahalah agar
hidup kita menjadi bermakna bagi orang lain meski kita hanya orang biasa yang
selalu tertindas
Keberadaan
Organisasi masyarakat bagi Kestabilan Bangsa
Jakarta SP Badan Kesbangpol
Jakarta telah menyiapkan sejumlah anggotanya yang akan ditugaskan untuk
sekaligus menjaga kelancaran proses pendekatan terhadap LSM dan Ormas di
jakarta Pusat.
Ka Kesbanpol Jakpus Suhasrul
Yasin menilai, yang harus dilakukan saat ini adalah, bagaimana
mendinginkan suasana agar masyarakat tidak terprovokasi. Sebab, kata dia,
penduduk di ibu kota terdiri dari berbagai macam etnis. Sebab bila masalah ini
dipertajam bisa berdampak lebih luas lagi.“Seluruh lapisan masyarakat harus
menyikapi perkembangan di lingkungannya lebih arif dan tidak anarkis,” ungkap
Kita akan melakukan pembinaan
terhadap ormas melalui Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik). Namun begitu,
kita juga mengimbau agar ormas melakukan pembinaan sendiri ke dalam
maraknya organisasi massa (ormas) dan organisasi
kepemudaan (OKP) yang bermunculan di Jakarta, diharapkan bisa membantu
pemerintah dalam menciptakan ketertiban sosial kemasyarakatan. Untuk itu kader
ormas diharap mampu menjadi garda terdepan dalam mendeteksi dini terhadap
segala gejala ancaman stabilitas keamanan lingkungan.
Usmayadi Dalam sambutannya ,
keberadaan ormas dan OKP di tengah masyarakat memiliki peran dan posisi yang
strategis serta potensial untuk mengamati segala permasalahan yang terjadi di
lingkungannya. “Kegiatan pendeteksian dini terhadap kemungkinan dan
tumbuhnya gejala gejolak sosial itu bukan hanya semata tanggung jawab pemerintah.
Tapi, juga menjadi tanggung jawab masyarakat secara menyeluruh, khususnya
pengurus ormas dan OKP,” terangnya di hadapan 200 kader ormas dan OKP di
Jakarta Pusat.
Terlebih sebagai pusat
obyek vital pemerintahan, Jakarta Pusat memang memiliki kerawanan yang jauh
lebih besar dibanding wilayah lainnya di ibu kota Jakarta. Usmayadi
menyontohkan, dengan maraknya aksi demonstrasi yang selalu ada setiap harinya
di Jakarta Pusat, tak lain karena tujuan demonstrasi itu juga terdapat di
Jakarta Pusat.
“Tidaklah elok Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengantungkan
nasib para menteri”, demikian tulis Editorial Tempo (17/2). Ini adalah
respon Tempo terhadap wacana rombak kabinet yang tak juga dieksekusi Presiden.
Akibatnya, bisa ditebak para menteri negara itu kini ada dalam katidaknyamanan
bekerja. Mereka terus berada dalam rasa was-was untuk diganti alias
sewaktu-waktu bisa dipecat.
Situasi bangsa hari-hari ini
tak lepas dari kontribusi hasil kerja pembantu Presiden: menteri. Beberapa
menteri sudah terlihat hasil kerjanya. Sejatinya itu cukup menjadi bahan
evaluasi Presiden. Apalagi, hasil evaluasi kinerja menteri oleh UKP4 (Unit
Kerja Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan) juga telah dipegang
Presiden. Dengan ini, kian tak tepat Presiden terus mengulur-ulur waktu untuk
mengganti pembantunya.
Ketidaktegasan dan kelambatan
mengganti menteri ini hanya akan membuat situsi politik kita tak menentu.
Ketidakjelasan sikap SBY akan menyulut berbagi konflik kepentingan politik.
Para menteri yang merasa terancam sangat mungkin akan bermanuver untuk menaikan
posisi tawar mereka, semisal dengan membuat “kisruh”, dst.
Konflik bernuansa kekerasan
agama sangat mungkin akan bermunculan kembali: apapun bentuknya. Konflik
dihadirkan untuk mengoyahkan posisi penguasa. Para elit politik yang merasa
terancam sangat mengerti bahwa di Indonesia kekerasan dengan latar agama masih
sangat potensial menjadi pemicu ketidakstabilan politik. Mereka bisa memainkan
dengan memobilisasi kelompok massa tertentu untuk membuat kisruh.
Andai ingin menilai, maka ada
beberapa alasan mengapa kabinet perlu segera dirombak. Kerja sama anggota
koalisi yang buruk adalah salah satu alasan utama itu. Adalah fakta bahwa ada
beberapa partai politik (parpol) yang “ternyata berpura-pura” mendukung pemerintah,
dan kini terlihat wajah aslinya. Mereka ikut berkoalisi, tetapi hanya didasari
kepentingan sesaat. Golkar dan PKS secara terang-terangan menentang kebijakan
Setgab (Sekretariat Gabungan), dimana mereka bagian di dalamnya. Hak angket
atas kasus mafia pajak yang ditolak oleh Setgab, ternyata justru mendapat
dukungan dua parpol koalisi itu.
Mereka berani “berkhianat”
dengan terbuka kepada Partai Demokrat, pengusung SBY. Padahal, jabatan menteri,
sebagai upah untuk mengekor kepada SBY masih disandang kader mereka. Lagi-lagi,
ini hanya membuktikan bahwa cara berpolitik elit kita memang masih sangat minim
referensi etis dalam bersikap. Selain, karena memang SBY telah minus legitimas
memimpin negeri, sehingga siapa saja dengan mudah mempermainkannya, termasuk
kolega (musuh) politiknya.
..
Kepercayaan
atau Keyakinan Bangsa Indonesia
Keyakinanlah yang membuat anak muda indonesia
begitu semangat menggerakkan indonesiaunite
Yakin, bahwa indonesiaunite adalah nyata
Yakin, bahwa indonesiaunite sudah waktunya
Yakin, bahwa indonesiaunite adalah untuk kebaikan bangsa
Tanpa perlu menunggu waktu
Tanpa perlu melihat data
Tanpa perlu melihat bukti nyata
Kita YAKIN, kepada indonesiaunite
Manusia, yang begitu
mempercayai apa yang bisa dia lihat, YAKIN akan keberadaan Tuhan yang tidak
terlihat
Manusia, yang rasional, YAKIN
akan keberadaan Tuhan yang tidak bisa dirasionalkan
Peranan
agama bagi Persatuan bangsa indonesia
Pembangunan agama
mempunyai peran yang
penting dalam mewujudkan kondisi moral, etik dan spiritual bagi
pembangunan nasional sebagai landasan yang kukuh untuk memasuki tahap pembangunan berikutnya. Sesuai
dengan Garisgaris Besar Haluan Negara
(GBHN) 1988, pembangunan agama ditujukan
untuk mewujudkan kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta mampu
menciptakan keselarasan, keserasian dan keseimbangan,
baik dalam hidup manusia sebagai pribadi maupun dalam hubungannya dengan masyarakat dan alam
lingkungannya.
Dengan berpedoman pada petunjuk GBHN 1988, telah ditetapkan pola
kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan di bidang agama dalam Repelita V, yaitu
memantapkan kadar keimanan dan ketaqwaan umat beragama, meningkatkan upaya penanggulangan dampak
negatif dari modernisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memperluas wawasan keberagamaan, lebih
memantapkan kerukunan dan keserasian antar umat beragama,
antara umat beragama dengan Pemerintah, serta meningkatkan peran agama sebagai
wahana pembinaan rohaniah yang dinamis.
Penyelenggaraan
berbagai program pembangunan di bidang agama
selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) telah berhasil
meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan umat beragama, memperkukuh kesatuan
dan persatuan umat beragama, serta
memantapkan kerukunan antar umat beragama. Meningkatnya kadar keimanan dan ketagwaan antara lain tercermin
dengan makin banyaknya tempat peribadatan berbagai agama yang pada akhir
Repelita V tercatat lebih dari 652 ribu
buah, sedangkan pada tahun 1968 hanya 381 ribu buah. Selain itu dalam
kurun waktu yang sama terjadi peningkatan jumlah jemaah haji dari tahun ke
tahun yang pada tahun 1993/94 tercatat
sekitar 123 ribu orang sedangkan pada awal PJP I hanya sekitar 20 ribu
orang. Dalam bidang pendidikan keagamaan terjadi pula perkembangan yang
menggembirakan dengan meningkatnya pemerataan dan mutu pendidikan dari tingkat
dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini didukung dengan perluasan ruang belajar,
pengadaan buku pelajaran serta peningkatan
mutu tenaga pendidik termasuk dosen.
mantapzzz, ijin copas y sebagai referensi. hatur nuhun
BalasHapusijin copass
BalasHapus