Jumat, 11 Mei 2012

Resume Sistem Sosial Budaya Indonesia

Karakteristik suku bangsa indonesia
        Kebudayaan memiliki cara khas karena memiliki rata-rata yang khusus, sehingga berbeda dengan kebudayaan lain.
Suku bangsa yang  khas palembang adalah:
·        Bahasa dan adat sendiri yang berasal dari nenek moyang
·        Perbedaan latar belakang sejarah
·        Agama
Cara-cara menghormati suku bangsa lain yaitu :      
·        Menerima suku bangsa lain
·        Menambah pengetahuan bangsa lain
·        Tidak menjelek-jelekan/menghina bangsa lain

Hak Asasi manusia
Hak asasi manusia disingkat HAM hakekatnya lahir bersama dengan adanya manusia. Bahkan sesama masih dalam kandungan,manusia sudah ada bersama hak asasinya.
Pengertian HAM secara umum yaitu hak sasi manusia sebagai hak-hak yang memungkinkan kita untuk tanpa diganggu menjalani kehidupan bermasyarakat dan bernegara sebagai warga dari suatu kehidupan bersama.
Pengertian lain dari HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat keberadaan manusia sebagai mahluk tuhan yang maha esa dan merupakan anugerah yang wajib dihormati.
Perkembangan atas pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara perlahan dan beraneka ragam. Perkembangan tersebut antara lain dapat ditelusuri sebagai berikut:
·        Hak asasi manusia Yunani
·        Hak asasi manusia inggris
·        Hak asasi manusia Amerika serikat
·        Hak asasi manusia Prancis
·        Hak asasi manusia oleh PBB
·        Hak asasi manusia di indonesia
Perkembangan HAM adalah:
·        Pendapat berpusat hukum dan politik
·        Hak sosial,politi,budaya
·        Menjanjikan antara hak ekonomi,sosial,hukum,dan budaya
·        Menjanjikan pembangunan



Teori fungsional struktur
        Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang.
        struktur-fungsional mulai mengalami kemerosotan semenjak tahun 1960-an hingga 1980-an. Namun, pada tahun 1980-an pada upaya besar untuk menghidupkan kembali teori itu dengan jidul baru “neo-fungsionalisme.
Alexander (1985) mendefinisikan kelemahan parson yang diasosiasikan dengan struktur fungsionalisme yang perluh diatasi oleh fungsionalisme:
·        Anti-individu
·        Antagonisme terhada perubahan
·        Konservatisme
·        Idealisme
·        Anti empiris
Teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah
·        Visi substantif mengenai tindakan sosial dan
·        Strateginya dalam menganalisa struktur sosial.
Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup.
Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional hal ini pula seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun beberapa postulat tersebut antara lain:
·        Kesatuan fungsi masyarakat, seluruh kepercayaan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat,
·        Fungsionalisme universal, seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif.
·        Indispensability, aspek standard masyarakat tidak hanya memiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan bagian bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan.





Pelapisan sosial pendidikan
        Karakterisitik penting lain dari stratidikasi sosial   adalah selalu melibatkan kelompok, bukan individu. Tingkat kekuasaan, hak istimewa dan prestasi individu dalam masyarakat tergantung pada anggotanya dalam kelompok-kelompok sosial dan bukan pada karakterisitik personalnya.
        Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya.Salah satu faktor utama adanya stratifikasi sosial  yaitu karena tingkat pendidikan.
        Pelapisan Sosial Menurut Parker yaitu Parker (1985) menyebutkan pelapisan sosial bukan suatu subsistem dalam masyarakat. Hal ini berada dalam ekonomi, pedidikan atau keluarga yang  merupakan subsistem dari masyarakat. Pelapisan sosial adalah suatu aspek umum dari struktur dalam sistem yang kompleks.
·        Aristoteles : Pada jaman kuno di dalam setiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.
·        Adam Smith : Masyarakat di bagi menjadi tiga, yaitu orang-orang yang hidup dari penyewaan tanah, orang-orang yang hidup dari upah kerja, dan orang-orang yang hidup dari keuntungan perdagangan.
·        Thorstein Veblen : Membagi masyarakat dalam dua golongan yaitu golongan pekerja yang berjuang mempertahankan hidup dan golongan yang banyak mempunyai waktu luang karena kekayaannya.
·        Prof. Selo Soemardjan : Pelapisan sosial akan selalu ada selama dalam masyarakat terdapat sesuatu yang dihargai.
·        Robert M.Z. Lawang : Pelapisan sosial merupakan penggolongan orang-orang dalam suatu sistem sosial tertentu secara hierarkhis menurut dimensi kekuasaan, privelese, dan prestise

Kelompok 3
Teori Sistem
        Teori : yaitu dalil (ilmu pasti) ajaran atau paham (pandangan) tentang sesuatu berdasarkan kekuatan akal (ratio) patokan dasar atau garis-garis dasar sains dan ilmu pengetahuan; pedoman praktek.
        Teori Sistem: yaitu, suatu kerangka yang terdiri dari beberapa elemen / sub elemen / sub system yang saling berinteraksi dan berpengaruh. Konsep system digunakan untuk menganalisis perilaku dan gejala sosial dengan berbagai system yang lebih luas maupun dengan sub system yang tercakup di dalamnya.
        System kehidupan ini dapat dianalisis melaui dua dimensi yaitu :
·        interaksi antar bagian-bagian / elemen-elemen yang membentuk system.
·        interaksi / pertukaran antar system itu dengan lingkungannya.
Faktor internal yang diduga kuat pengaruhnya (determinan) terhadap aktivitas sebuah sistem terlihat pada proses: kepemimpinan, motivasi, komunikasi, pengawasan, interaksi,penetapan tujuan,dan keputusan.
Faktor eksternal yang menjadi determinan sebuah sistem di antaranya adalah faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan keamanan.antara sistem dengan lingkungan luarnya terjadi hubungan pengaruh timbal balik.
Talcott Parsons membangun suatu teori system umum / Grand Theory yang berisi empat unsure utama yang tercakup dalam segala system kehidupan, yaitu :
·        Adaptation,
·        Goal Attainment,
·        Integration dan Latent Pattern Maintenance.



Kebudayaan modern
        Menurut Fukuyama, secara tersirat menyatakan bahwa semangat Prostanis Hebrais inilah yang membuat  sistem demokrasi liberal dan kapitalisme di Eropa mencapai hasil yang diinginkan berupa kemakmuran ekonomi dan melimpahnya kesejahteraan material.
William Barret (1962)  mengatakan bahwa akar dari nihilisme modern dan materialisme yang membentuk kerangka nilai dari kebudayaan modern ialah proses despiritualisasi atas semua aspek kehidupan dan semua bentuk keberadaan.
Masalah utama bukan lagi masalah ritual keagamaan dan spiritualitas. Masalah utama manusia adalah persoalan-persoalan yang bertalian sepenuhnya dengan persoalan dunia seperti ekonomi dan politik.
Inilah situasi yang dialami manusia modern, baik di luar dirinya maupun jauh dalam lubuk jiwanya.  Renggangnya hubungan dengan Tuhan bertukar menjadi rapatnya hubungan manusia dengan kekosongan atau kehampaan.
Keinsyafan ini didasarkan pada alas an bahwa kitab suci itu sendiri menyatakan bahwa Adam dicipta dari tanah, baru kemudian roh ditiupkan ke dalam jasadnya. Kisah Ayub mempertegas bahwa Tuhan sebenarnya telah meninggalkan manusia, sehingga kerinduan pada asal usul kejadiannya, yaitu tanah, lebih besar dibanding kerinduannya kepada Tuhan.
        Proses akulturasi di Indonesia tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat oleh usul-usul radikal, dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi pada dasarnya dilihat arah induk yang lurus: ”the things of humanity all humanity enjoys”. Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan menerima unsur-unsur kebudayaan internasional yang jelas menguntungkan secara positif.
Akan tetapi pada refleksi dan dalam usaha merumuskannya kerap kali timbul reaksi, karena kategori berpikir belum mendamaikan diri dengan suasana baru atau penataran asing. Taraf-taraf akulturasi dengan kebudayaan Barat pada permulaan masih dapat diperbedakan, kemudian menjadi overlapping satu kepada yang lain sampai pluralitas, taraf, tingkat dan aliran timbul yang serentak. Kebudayaan Barat mempengaruhi masyarakat Indonesia, lapis demi lapis, makin lama makin luas lagi dalam (Bakker; 1984).
Apakah kebudayaan Barat modern semua buruk dan akan mengerogoti Kebudayaan Nasional yang kita gagas? Oleh karena itu, kita perlu merumuskan definisi yang jelas tentang Kebudayaan Barat Modern. Frans Magnis Suseno dalam bukunya ”Filsafat Kebudayan Politik”, membedakan tiga macam Kebudayaan Barat Modern:


Kebudayaan Teknologi Modern
Pertama kita harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi, meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan Barat, anak itu sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan non-Barat, misalnya dari Jepang.
Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu yang kompleks. Penyataan-penyataan simplistik, begitu pula penilaian-penilaian hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam kedudukan dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan teknologi dalam hidup masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta persenjataan modern. Hampir semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah melibatkan teknologi modern dalam pembuatannya.        
 
 Kebudayaan Tradisional
Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan jenis-jenisnya:
·        Hidup-kebatinan manusia, yaitu yang menimbulkan tertib damainya hidup masyarakat dengan adapt-istiadatnya yang halus dan indah; tertib damainya pemerintahan negeri; tertib damainya agama atau ilmu kebatinan dan kesusilaan.
·        Angan-angan manusia, yaitu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa, kesusasteraan dan kesusilaan.
·        Kepandaian manusia, yaitu yang menimbulkan macam-macam kepandaian tentang perusahaan tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan lalu-lintas, kesenian yang berjenis-jenis; semuanya bersifat indah (Dewantara; 1994).
Kebudayaan Nasional Indonesia adalah segala puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan yang bernilai di seluruh kepulauan, baik yang lama maupun yang ciptaan baru, yang berjiwa nasional
Membedakan tiga macam Kebudayaan Barat Modern:                    
·        Kebudayaan Teknologi Modern: Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu yang kompleks.
·        Kebudayaan Modern Tiruan
·        Kebudayaan-Kebudayaan Barat
                                                                    
Kelemahan Kebudayaan. Artinya, perbaikan dari keadaan lemah itu hanya dapat dicapai melalui pendekatan budaya. Pemecahannya harus melalui pendidikan dalam arti luas dan Nation and Character Building


Pelapisan Sosial dari Sisi Ekonomi.
Dalam masyarakat dimanapun di dunia, akan selalu dijumpai keadaan yang bervariasi, keadaan yang tidak sama. Satu hal yang tidak dapat kita sangkal adalah bahwa keadaan di dunia selalu bergerak dinamis. Dari segi alam ternyata bahwa tumbuhan tumbuhan, tumbuh mulai dari kecil hingga besar dan dapat menghasilkan buah. Demikian dalam kenyataan terlihat ada pohon besar dan pohon kecil, jenisnya pun berbeda.
Demikian juga dengan masyarakat. “ masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan dimana mereka merupakan sistem hidup bersama. Unit terkecil masyarakat adalah keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak. Di kantor ada atasan, bawahan.. diperusahaan ada majikan, buruh. Bahkan dalam penduduk pun kita temui katagori penduduk berpendapatan rendah, penduduk berpendapatan sedang dan penduduk berpendapatan tinggi.
Kenyataan-kenyataan yang terlihat ini menunjukkan bahwa didalam kehidupan manusia, maupun kehidupan alam terdapat adanya tingkatan/lapisan didalamnya; pelapisan terdapat sebagai suatu kenyataan dalam masyarakat. Pelapisan maksudnya adalah keadaan yang berlapis-lapis atau bertingkat-tingkat. Istilah pelapisan diambil dari kata stratifikasi. Istilah stratifikasi berasal dari kata stratum ( jamaknya adalah strata, yang berarti lapisan). Pitirim A sorokin mengatakan bahwa pelapisan sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchies). Perwujudan dari gejala stratifikasi sosial adalah adanya tingkatan tinggi dan rendah. Dasar dan inti lapisan-lapisan didalam masyarakat adalah karena tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak, kewajiban dan tanggung jawab, serta dalam pembagian nilai-nilai sosial an pengaruhnya diantara anggota masyarakat.
Di dalam suatu masyarakat, pasti ada sesuatu yang paling dihargai oleh masyarakat. Bagi masyarakat agraris, tanah adalah sesuatu yang paling dihargai; bagi masyarakat industri, uang adalah sesuatu yang paling dihargai. Pada masyarakat kota, pendidikan dapat merupakan hal yang paling dihargai. Sumber-sumber seperti uang, tanah, pendidikan akan menyebabkan adanya pelapisan. Jadi mereka yang memiliki uang, tanah ataupun berpendidikan tinggi akan menempati  lapisan atas suatu masyarakat. Golongan lapisan tertinggi dalam suatu masyarakat tertentu, dalam istilah sehari-hari juga dinamakan “elite”. Dengan demikian pelapisan berarti bahwa dalam masyarakat ada sejumlah kelompok masyarakat yang mempunyai posisi berbeda-beda dalam tata tertib sosial masyarakat, dimana golongan-golongan itu mendapat atau menikmati hak-hak tertentu.
Berarti tidak semua perbedaan posisi di dalam masyarakat menunjukkan adanya pelapisan di dalam masyarakat. Misalnya kedudukan suanmi sebagai kepala keluarga ataupun kedudukan pemuda dalam masyarakat tidak membentuk suatu lapisan tertentu didalam masyarakat yagn mempunyai hak-hak tertentu.
Setiap individu sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Hak dan kewajiban akan terlihat dalam kedudukan (status) dan peranan (role) yang dijalankan individu tersebut. Kedudukan dan peranan merupakan unsur pembentuk terjadinya pelapisan didalam masyarakt. Yang dimaksud dengan kedudukan adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya didalam kelompok tersebut, atau tempat sebuah kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya didalam kelompok yang lebih besar lagi. Misalnya status sebagai anak didalam keluarga; status guru di sekolah ataupun status Indonesia di organisasi PBB.
Dalam kenyataannya setiap individu memiliki lebih dari satu kedudukan. Budi, misalnya sebagai kepala keluarga mempunyai status sebagai kepala keluarga, ataupun status sebagai anak dari orang tua, bisa juga status sebagai pegawai atau status sebagai anggota organisasi olahraga. Dari statusnya, individu mempunyai Hak dan dibebani kewajiban. Sebagai pegawai ia mempunyai hak untuk menerima penghasilan, hak untuk mendapat cuti, hak untuk mendapat pengobatan, dan lain-lain. Sebaliknya ia pun mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dijalaninya sesuai dengan kedudukannya, yaitu mengerjakan pekerjaan sesuai tanggung jawab dan kedudukannya tersebut. Dengan demikian hak dan kewajiban ini ibarat mata uang yang bersisi dua, yang berinteraksi satu sama lain.
Kedudukan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya disebut peranan. Peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kegiatan-kegiatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Dengan demikian peranan mempunyai fungsi penting, karena mengatur kelakuan seseorang dan pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan orang lain. Seseorang yang mempunyai kedudukan akan berperan sesuai dengan kedudukan tersebut,  sesuai dengan nilai yang diberikan masyarakat kepada guru, sehingga guru haruslah orang yang tingkah lakunya dapat digugu dan ditiru.

Aspek lain dari pelapisan sosial ini bisa saja menjadi hal yang menguntugkan bagi sebagian orang, aspek positif ini dapat kita jumpai di berbagai tempat contohnya jika kita seorang pejabat pemerintah kita mungkin akan sedikit lebih mudah dalam urusan birokrasi, karena adanya bantuan orang dalam yang memiliki jabatan. Plapisan sosial di pedesaan mungkin akan menimbulkan hal baik bagi para pencari modal apabila seseorang yang memilik tingkat ekonomi menengah ke atas berpendidikan tinggi juga mempunyai jabatan dapat bekerja sama dengan masyarakat ke bawah untuk saling membantu dengan mendirikan koperasi kecil-kecilan dengan modal yang sudah di danai oleh orang yang mempunyai pengaruh kuat di daerah itu.
Plapisan sosial pastilah terjadi dimanapun kita berada, namun tergantung dari bagaimana kita menyikapi dan menjaganya agar tidak adanya  kecemburuan, kesenjangan, dan diskriminasi sosial pada masyarakat dalam tingkatan apapun, entah menengah ke atas atau ke bawah, semua manusia dengan derajat yang sama, yang membedakan tinggi rendah hanyalah akhlak yang mulia. Jika kita beruntung menjadi seorang yang tinggi di mata sosial, maka jangan menyalahgunakan kedudukan tinggi tersebut, dan jika kita berada dalam tingkatan rendah, maka berusahalah agar hidup kita menjadi bermakna bagi orang lain meski kita hanya orang biasa yang selalu tertindas



Keberadaan Organisasi masyarakat bagi Kestabilan Bangsa
Jakarta SP Badan Kesbangpol Jakarta telah menyiapkan sejumlah anggotanya yang akan ditugaskan untuk sekaligus menjaga kelancaran proses pendekatan terhadap LSM dan Ormas di jakarta Pusat.
Ka Kesbanpol Jakpus Suhasrul Yasin  menilai, yang harus dilakukan saat ini adalah, bagaimana mendinginkan suasana agar masyarakat tidak terprovokasi. Sebab, kata dia, penduduk di ibu kota terdiri dari berbagai macam etnis. Sebab bila masalah ini dipertajam bisa berdampak lebih luas lagi.“Seluruh lapisan masyarakat harus menyikapi perkembangan di lingkungannya lebih arif dan tidak anarkis,” ungkap
Kita akan melakukan pembinaan terhadap ormas melalui Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik). Namun begitu, kita juga mengimbau agar ormas melakukan pembinaan sendiri ke dalam
maraknya organisasi massa (ormas) dan organisasi kepemudaan (OKP) yang bermunculan di Jakarta, diharapkan bisa membantu pemerintah dalam menciptakan ketertiban sosial kemasyarakatan. Untuk itu kader ormas diharap mampu menjadi garda terdepan dalam mendeteksi dini terhadap segala gejala ancaman stabilitas keamanan lingkungan.
Usmayadi Dalam sambutannya , keberadaan ormas dan OKP di tengah masyarakat memiliki peran dan posisi yang strategis serta potensial untuk mengamati segala permasalahan yang terjadi di lingkungannya. “Kegiatan pendeteksian dini terhadap  kemungkinan dan tumbuhnya gejala gejolak sosial itu bukan hanya semata tanggung jawab pemerintah. Tapi, juga menjadi tanggung jawab masyarakat secara menyeluruh, khususnya pengurus ormas dan OKP,” terangnya di hadapan 200 kader ormas dan OKP di Jakarta Pusat.
Terlebih sebagai  pusat obyek vital pemerintahan, Jakarta Pusat memang memiliki kerawanan yang jauh lebih besar dibanding wilayah lainnya di ibu kota Jakarta. Usmayadi menyontohkan, dengan maraknya aksi demonstrasi yang selalu ada setiap harinya di Jakarta Pusat, tak lain karena tujuan demonstrasi itu juga terdapat di Jakarta Pusat.
“Tidaklah elok Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengantungkan nasib para menteri”, demikian tulis Editorial Tempo (17/2). Ini adalah respon Tempo terhadap wacana rombak kabinet yang tak juga dieksekusi Presiden. Akibatnya, bisa ditebak para menteri negara itu kini ada dalam katidaknyamanan bekerja. Mereka terus berada dalam rasa was-was untuk diganti alias sewaktu-waktu bisa dipecat.
Situasi bangsa hari-hari ini tak lepas dari kontribusi hasil kerja pembantu Presiden: menteri. Beberapa menteri sudah terlihat hasil kerjanya. Sejatinya itu cukup menjadi bahan evaluasi Presiden. Apalagi, hasil evaluasi kinerja menteri oleh UKP4 (Unit Kerja Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan) juga telah dipegang Presiden. Dengan ini, kian tak tepat Presiden terus mengulur-ulur waktu untuk mengganti pembantunya.
Ketidaktegasan dan kelambatan mengganti menteri ini hanya akan membuat situsi politik kita tak menentu. Ketidakjelasan sikap SBY akan menyulut berbagi konflik kepentingan politik. Para menteri yang merasa terancam sangat mungkin akan bermanuver untuk menaikan posisi tawar mereka, semisal dengan membuat “kisruh”, dst.
Konflik bernuansa kekerasan agama sangat mungkin akan bermunculan kembali: apapun bentuknya. Konflik dihadirkan untuk mengoyahkan posisi penguasa. Para elit politik yang merasa terancam sangat mengerti bahwa di Indonesia kekerasan dengan latar agama masih sangat potensial menjadi pemicu ketidakstabilan politik. Mereka bisa memainkan dengan memobilisasi kelompok massa tertentu untuk membuat kisruh.
Andai ingin menilai, maka ada beberapa alasan mengapa kabinet perlu segera dirombak. Kerja sama anggota koalisi yang buruk adalah salah satu alasan utama itu. Adalah fakta bahwa ada beberapa partai politik (parpol) yang “ternyata berpura-pura” mendukung pemerintah, dan kini terlihat wajah aslinya. Mereka ikut berkoalisi, tetapi hanya didasari kepentingan sesaat. Golkar dan PKS secara terang-terangan menentang kebijakan Setgab (Sekretariat Gabungan), dimana mereka bagian di dalamnya. Hak angket atas kasus mafia pajak yang ditolak oleh Setgab, ternyata justru mendapat dukungan dua parpol koalisi itu.
Mereka berani “berkhianat” dengan terbuka kepada Partai Demokrat, pengusung SBY. Padahal, jabatan menteri, sebagai upah untuk mengekor kepada SBY masih disandang kader mereka. Lagi-lagi, ini hanya membuktikan bahwa cara berpolitik elit kita memang masih sangat minim referensi etis dalam bersikap. Selain, karena memang SBY telah minus legitimas memimpin negeri, sehingga siapa saja dengan mudah mempermainkannya, termasuk kolega (musuh) politiknya.



..
Kepercayaan atau Keyakinan Bangsa Indonesia
Keyakinanlah yang membuat anak muda indonesia begitu semangat menggerakkan indonesiaunite
*    Yakin, bahwa indonesiaunite adalah nyata
*    Yakin, bahwa indonesiaunite sudah waktunya
*    Yakin, bahwa indonesiaunite adalah untuk kebaikan bangsa
*    Tanpa perlu menunggu waktu
*    Tanpa perlu melihat data
*    Tanpa perlu melihat bukti nyata
*    Kita YAKIN, kepada indonesiaunite
Manusia, yang begitu mempercayai apa yang bisa dia lihat, YAKIN akan keberadaan Tuhan yang tidak terlihat
Manusia, yang rasional, YAKIN akan keberadaan Tuhan yang tidak bisa dirasionalkan
        Antara masyarakat adat dan modern dalam hal ini yang sama-sama memiliki ”agama” dalam kategori konsepsional yang berbeda, dalam pandangan Durkehim melihat bahwa masyarakat kuno (masyarakat adat) memiliki hatinurani kolektif lebih luas dan kuat dibandingkan dengan masyarakat modern. Durkheim percaya bahwa moralitas, kewajiban tiap orang pada orang lain dan standar bagi semua anggota kelompok, tidak dapat dipisahkan dari agama (termasuk sistem kepercayan).
Artinya bahwa agama, sistem kepercayaan dan moral tidak dapat dipisahkan dari kerangka sosial. Ketika konteks sosial berubah maka agama dan moral pun berubah. Maka dalam hal ini pulalah bahwa masyarakat ”penghayat kepercayaan sebagai istilah yang dilekatkan pada sebagaian besar masyarakat penganut ajaran kepercayaan lokal” memiliki posisi yang sesungguhnya sama dengan kaum penganut ”agama” dalam kerangka sosial masyarakat Indonesia yang plural. Kaum adat memilki ”otoritas ritual”, otoritas sistem nilai dan emosi keagamaan yang otonom dalam keterhubungannya dengan penganut ”kepercayaan” dan keagamaan” lainnya.



Peranan agama bagi Persatuan bangsa indonesia
Pembangunan agama mempunyai  peran  yang  penting dalam mewujudkan kondisi moral, etik dan spiritual bagi pembangunan nasional sebagai landasan yang kukuh untuk memasuki tahap pembangunan berikutnya. Sesuai dengan Garis­garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1988, pembangunan agama ditujukan untuk mewujudkan kualitas manusia dan kualitas masya­rakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu menciptakan keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia sebagai pribadi maupun dalam hubungannya dengan masyarakat dan alam lingkungannya.
Dengan berpedoman pada petunjuk GBHN 1988, telah ditetapkan pola kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan di bidang agama dalam Repelita V, yaitu memantapkan kadar keimanan dan ketaqwaan umat beragama, meningkatkan upaya penanggulangan dampak negatif dari modernisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memperluas wawasan ke­beragamaan, lebih memantapkan kerukunan dan keserasian antar umat beragama, antara umat beragama dengan Pemerintah, serta meningkatkan peran agama sebagai wahana pembinaan rohaniah yang dinamis.
Penyelenggaraan berbagai program pembangunan di bidang agama selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) telah berhasil meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan umat beragama, memperkukuh kesatuan dan persatuan umat beragama, serta memantapkan kerukunan antar umat beragama. Meningkatnya kadar keimanan dan ketagwaan antara lain tercermin dengan makin banyaknya tempat peribadatan berbagai agama yang pada akhir Repelita V tercatat lebih dari 652 ribu buah, sedangkan pada tahun 1968 hanya 381 ribu buah. Selain itu dalam kurun waktu yang sama terjadi peningkatan jumlah jemaah haji dari tahun ke tahun yang pada tahun 1993/94 tercatat sekitar 123 ribu orang sedangkan pada awal PJP I hanya sekitar 20 ribu orang. Dalam bidang pendidikan keagamaan terjadi pula perkembangan yang menggembirakan dengan meningkatnya pemerataan dan mutu pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini didukung dengan perluasan ruang belajar, pengadaan buku pelajaran serta peningkatan mutu tenaga pendidik termasuk dosen.



2 komentar: