Tugas
kelompok
sistem sosial budaya indonesia
teori fungsional struktur
Irma Rifdawati t
sistem sosial budaya indonesia
teori fungsional struktur
Irma Rifdawati t
KATA PENGANTAR
puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa berserta nabi muhamad saw dan para pengikutnya karena atas berkat rahmat dan karunianyalah sehingga kami dapat menyusun makala ini
akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada ibu pembimbing meteri sistem sosial budaya
kami mengakui dalam makala ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena itu kami sangat berterima kasih kepada ibu pembimbing dan temam-teman yang bersedia memberi kritikan dan saran demi kesempurnanya makala ini
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Definisi.
1. 2 Konsep
1.1 Definisi.
1. 2 Konsep
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penerapan Materi dalam kehidupan Rill
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 Pendahuluan
1.1
Definisi
Bermula dari asumsi bahwa
struktural fungsionalisme mengalami kritik yang tajam, dan antropolog mulai
melihat lihat sekitar untuk menemukan alternatif-alternatif baru, dan salah
satu yang di tanggapi cepat adalah model konflik. Semenjak masa-masa pemikiran
teoretis yang berasumsi tentang model harmoni dan ekuilibrium, para antropolog
mengenal dua model konflik. Yang pertama model konflik yang non-marxian dan
baru tiga dekade yang lalu muncul pendekatan Marx dalam disiplin antropologi.
Tipe teori konflik marxian
ini jarang diikuti dalam antopologi,meskipun bila ada,keterkaitan langsung
dengan marx sering kali ditolak atau
tidak dihiraukan atau tidak diakui. Sebagaimana yang kita akan lihat
selanjutnya,hal ini terjadi dengan karya stewarb dan white dalam kerangka
ekologi budaya dan orientasi neo-evolusionisme . kerangka pemikiran marx juga
dapat ditemukan dalam teori dependensi frank,selain itu juga dalam materilisme
kebudayaan Marvin harris dan antropologi
ekonomi perancis pada tahun 1980-an. Namun kecenderungan umum pada dua dekade
akhir adalah mencopoti gigi-gigi marxisme tanpa kelas yang kemudian banyak
disebut orang sebagai marxisme yang disunat. Sebagai contoh materilisme
kebudayaan marvin haris tidak mengandung dialektika ,dalam ekonomi perancis begitu
banyak institusi-institusi yang nyata-nyata bisa berlaku sebagai substruktur
hingga pembedaan mendasar marx antara dasar dan suprastruktur kehilangan makna.
Selain itu, dapat pula kita saksikan bahwa marxisme althusser ternyata
mencerminkan kembali fungsionalisme.
secara historis pendekatan tindakan sosial dapat diruntut dari pendekatan struktural-fungsionalisme durkheim yang kemudian diadaptasi oleh radcliffe-brown yang kemudian mendominasi antropologi sosial selama beberapa dekade-katakanlah hingga tahun 1960-an. Meskipun pada masa kini masih banyak antropolog yang berfikir teori dalam pendekatan ini.
1. 2 konsep
secara historis pendekatan tindakan sosial dapat diruntut dari pendekatan struktural-fungsionalisme durkheim yang kemudian diadaptasi oleh radcliffe-brown yang kemudian mendominasi antropologi sosial selama beberapa dekade-katakanlah hingga tahun 1960-an. Meskipun pada masa kini masih banyak antropolog yang berfikir teori dalam pendekatan ini.
1. 2 konsep
Dalam uraian ini
struktural-fungsionalisme atau sosial –struktural maka yang dimaksud adalah
masukan tipe materi konflik dari coser dan gluckman setelah ketidakstabilan
untuk mengantikan struktur-fungsionalisme
jika mengaju protes dengan alasan sebagain besar yang berkaitan dengan peranan sejarah dan citra antropologi sebagai ilmu pengetahuan dengan membedakan aturan normatif dan pragmatik
pemahaman bahwa struktural fungsional itu memandang ketidaksetaraan sosial sebagai hierarki berjenjang dari status peran individual
jika mengaju protes dengan alasan sebagain besar yang berkaitan dengan peranan sejarah dan citra antropologi sebagai ilmu pengetahuan dengan membedakan aturan normatif dan pragmatik
pemahaman bahwa struktural fungsional itu memandang ketidaksetaraan sosial sebagai hierarki berjenjang dari status peran individual
BAB 2 pembahasan
2. 1 penerapan materi dalam kehidupan rill
Mereka menyakini bahwa individu berbuat
lebih dari sekedar merespon tekanan sosial-struktual. Mereka memandang individu
sebagai mahluk yang inovatif dan manipulatif, dan struktur sebagai cair dan berubah. Secara historis
pendekatan tindakan sosial dapat dituntut.
Struktur-fungsional tentu saja
membicarakan gagasan kekuasaan, meskipun perhatian publik pada isu itu
sangatlah singkat ketimbang isu-isu yang lain. Kesimpulan umun yang dibangun struktual-fungsionalisme
lainnya bahwa pengunaan kekekuasaan secara kekerasaan bukanlah alat yang mampu
menhasilkan ketertiban sosial, karena kekerasaan itu sendiri yang menimbulkan
gejolak attau kekacauan, jadi untuk memahaminya dan mencapai masyarakat yang
stabil itu di perlukan sumber keteraturan sosial di tempat lain.
struktur-fungsional mulai mengalami kemerosotan semenjak tahun 1960-an hingga 1980-an. Namun, pada tahun 1980-an pada upaya besar untuk menghidupkan kembali teori itu dengan jidul baru “neo-fungsionalisme”. Istilah tersebut tidak hanya menimbulkan keinginan untuk memelihara kelangsungan paradigma struktur-funggsionalisme yang banyak mengundang konflik dari setiap kalangan
struktur-fungsional mulai mengalami kemerosotan semenjak tahun 1960-an hingga 1980-an. Namun, pada tahun 1980-an pada upaya besar untuk menghidupkan kembali teori itu dengan jidul baru “neo-fungsionalisme”. Istilah tersebut tidak hanya menimbulkan keinginan untuk memelihara kelangsungan paradigma struktur-funggsionalisme yang banyak mengundang konflik dari setiap kalangan
Sturktur-fungsional dalam sistem
pengaturan secara publik yang terkadang bahkan sering terjadi konflik dalam
pembangunan bahkan saat mulai hilang fungsi dari struktur-fungsional itu
sendiri yang sebenarnya didalamnya mempelajari antara hubungan antara ranah
piblik dalam kehidupan sosial yang komponen sosial yang melalui sistem budaya,
sistem sosial, sistem kepribadian namun,
halnya pendekatan struktur fungsi lainnya
Alexander (1985) menindentifikasikan kelemahan
parson yang diasosiasikann dengan struktur-fungsionalisme yang perlu diatasii
oleh noe-fungsionalisme:
(a) anti-individu
(b) antagonisme terhadap perubahan
(c) konservatisme
(d) idealisme
(e) anti empiris
lalu mengindetifikasikan berupa solusi kedalam teori yakini:
(a) memasukan faktor individu
(b) memperhatikan perubahan sebagai isu penting
(c) mengembangkan fikiran nonkonservatif
(d) memperhatikan aspek praktis
(e) kajian emperis sangat perlu diperhatikan namun upaya tersebut tidak begitu diperhatikan karena ciri noe-fungsionalisme yang digagasakan ternyata hampir mirip dengan teori tindakkan sosial Bealey (1969) yang telah lama dikenal dalam teori antropologi.
(a) anti-individu
(b) antagonisme terhadap perubahan
(c) konservatisme
(d) idealisme
(e) anti empiris
lalu mengindetifikasikan berupa solusi kedalam teori yakini:
(a) memasukan faktor individu
(b) memperhatikan perubahan sebagai isu penting
(c) mengembangkan fikiran nonkonservatif
(d) memperhatikan aspek praktis
(e) kajian emperis sangat perlu diperhatikan namun upaya tersebut tidak begitu diperhatikan karena ciri noe-fungsionalisme yang digagasakan ternyata hampir mirip dengan teori tindakkan sosial Bealey (1969) yang telah lama dikenal dalam teori antropologi.
Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang
paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh yang
pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan
Herbet Spencer. Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh
pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu
terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut
merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan
hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional
ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial. Teori struktural
fungsional ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, dimana
pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer.
Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organismik kemudian dikembangkan
lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan antara
masyarakat dengan organisme, hingga akhirnya berkembang menjadi apa yang
disebut dengan requisite functionalism, dimana ini menjadi panduan bagi
analisa substantif Spencer dan penggerak analisa fungsional. Dipengaruhi oleh
kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut.
Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan dimana di
dalamnya terdapat bagian – bagian yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem
tersebut mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem menjadi seimbang.
Bagian tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga
jika ada yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Pemikiran
inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai
struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan
Radcliffe Brown juga membantu membentuk berbagai perspektif fungsional modern.
Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga
dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber
yang mempunyai pengaruh kuat adalah
- Visi substantif mengenai tindakan sosial dan
- Strateginya dalam menganalisa struktur sosial.
Pemikiran Weber mengenai tindakan sosial ini berguna dalam
perkembangan pemikiran Parsons dalam menjelaskan mengenai tindakan aktor dalam
menginterpretasikan keadaan.
Perkembangan Teori
Struktural Fungsional
Hingga pertengahan abad, fungsionalisme menjadi teori yang
dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional menjadi karya Talcott
Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh yang telah dibahas
diatas. Sebagai ahli teori yang paling mencolok di jamannya, Talcott Parson
menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang ia gulirkan. Parson
berhasil mempertahankan fungsionalisme hingga lebih dari dua setengah abad
sejak ia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam
karyanya ini Parson membangun teori sosiologinya melalui “analytical realism”,
maksudnya adalah teori sosiologi harus menggunakan konsep-konsep tertentu yang
memadai dalam melingkupi dunia luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab
pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara
analitis dapat dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori
harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan
empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang
menyertainya. Dengan cara ini, konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat
erat pada hubungan kompleks yang membangun realita sosial. Keunikan realism
analitik Parson ini terletak pada penekanan tentang bagaimana konsep abstrak
ini dipakai dalam analisis sosiologi. Sehingga yang di dapat adalah organisasi
konsep dalam bentuk sistem analisa yang mencakup persoalan dunia tanpa
terganggu oleh detail empiris.
Sistem tindakan diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang
terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu
tindakan, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem
tindakan hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya
berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada
situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapay berberapa macam
motivasi, antara lain kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga
nilai-nilai yang bertanggungjawab terhadap sistem sosoial ini, antara lain
nilai kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sebagai modes
of orientation. Unit tindakan olehkarenaya melibatkan motivasi dan orientasi
nilai dan memiliki tujuan umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan
motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor.
Karya Parson dengan alat konseptual seperti empat sistem
tindakan mengarah pada tuduhan tentang teori strukturalnya yang tidak dapat
menjelaskan perubahan sosial. Pada tahun 1960, studi tentang evolusi sosial
menjadi jawaban atas kebuntuan Parson akan perubahan sosial dalam bangunan
teori strukturalnya. Akhir dari analisis ini adalah visi metafisis yang besar
oleh dunia yang telah menimpa eksistensi manusia. Analisis parson
merepresentasikan suatu usaha untuk mengkategorisasikan dunia kedalam sistem,
subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran
menggunakan media tersebut. Analisis ini pada akhirnya lebih filosofis daripada
sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori. Pembahasan mengenai
fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa pada awalnya Merton mengkritik
beberapa aspek ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang
mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini
berbeda dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural
fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang besar dan
mencakup seluruhnya sedangkan parson lebih terbatas dan menengah.
Seperti penjelasan singkat sebelumnya, Merton mengkritik apa
yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional( hal ini pula
seperti yang pernah dikembangkan oleh Malinowski dan Radcliffe brown. Adapun
beberapa postulat tersebut antara lain:
- Kesatuan fungsi masyarakat , seluruh kepercayaan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat, hal ini berarti sistem sosial yang ada pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlaku pada masyarakat kecil tetapi generalisasi pada masyarakat yang lebih besar.
- Fungsionalisme universal , seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh struktur , adat istiadat, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif. Dicontohkan pula dengan stuktur sosial dengan adat istiadat yang mengatur individu bertingkah laku kadang-kadang membuat individu tersebut depresi hingga bunuh diri. Postulat structural fungsional menjadi bertentangan.
- Indispensability, aspek standard masyarakat tidak hanya memiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan bagian bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan. Hal ini berarti fungsi secara fungsional diperlukan oleh masyarakat. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada berbagai alternative structural dan fungsional yang ada di dalam masyarakat yang tidak dapat dihindari.
Argumentasi Merton dijelaskan kembali bahwa seluruh postulat
yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang
didasarakan sistem teoritik. Merton mengungkap bahwa seharusnya postulat yang
ada didasarkan empiric bukan teoritika. Sudut pandangan Merton bahwa analsisi
structural fungsional memusatkan pada organisasi, kelompok, masyarakat dan
kebudayaan, objek-objek yang dibedah dari structural fungsional harsuslah
terpola dan berlang, merespresentasikan unsure standard.
Awalnya aliran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji
makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga
diterapkan pada organisasi, institusi dan kelompok. Dalam penjelasan ini Merton
memberikan pemikiran tentang the middle range theory. Merton mengemukakan bahwa
para ahli sosiologi harus lebih maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan
mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori besar. Teori
taraf menengah itu didefinisikan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak
di antara hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin besar
selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya
mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang
diamati dalam perilaku social. Teori taraf menengah pada prinsipnya digunakan
dalam sosiologi untuk membimbing penelitian empiris. Dia merupakan jembatan
penghubung teori umum mengenai istem social yang terlalu jauh dari
kelompok-kelompok perilaku tertentu, organisasi, ddan perubahan untuk
mempertanggungjawabkan apa yang diamati, dan gambaran terinci secara teratur
mengenai hal-hal tertentu yang tidak di generaliasi sama sekali. Teori
sosiologi merupakan kerangka proposisi yang saling terhubung secara logis
dimana kesatuan empiris bisa diperoleh.
The middle range theory adalah teori-teori yang terletak pada
minor tetapi hipotesis kerja mengembangkan penelitian sehari-hari yang
menyeluruh dan keseluruhan upaya sistematis yang inklusif untuk mengembangkan
teori yang utuh. The middle range theory Merton ini memiliki berbagai pemahaman
bahwa secara prinsip digunakan untuk panduan temuan-temuan empiris, merupakan
lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus
perilaku social, organisasi, dan perubahan untuk mencatat apa yang di observasi
dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi ia cukup jelas dengan data yang
terobservasi untuk digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris
dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Dalam hal ini Merton seakan
melakukan tarik dan menyambung, artinya apa yang dia kritik terhadap
fungsionalis merupakan jalan yang dia tempuh untuk menyambung apa yang dia
pikirkan. Atau dianalogikan, Merton mengambil bangunan teori kemudian di
benturkan setelah itu dia perbaiki lagi dengan konseptual yang menurut kami
sangat menarik.
Para stuktural fungsional pada awalnya memustakan pada fungsi
dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah
demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis awal cenderung
mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi.
Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri mendefinisikan fungsi sebagai
konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau
penyesuian, karena selalu ada konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan
konsekuensi dalam fakta sosial yang ada tidaklah positif tetapi ada negatifnya.
Dari sini Merton mengembangkan gagasan akan disfungsi. Ketika struktur dan
fungsi dpat memberikan kontribusi pada terpeliharanya sistem sosial tetapi
dapat mengandung konsekuensi negative pada bagian lain.Hal ini dapat
dicontohkan, struktur masyarakat patriarki c memberkan kontribusi positif bagi
kaum laki-laki untuk memegang wewenang dalam keputusan kemasyarakatan, tetapi
hal ini mengandung konsekuensi negative bagi kaum perempuan karena aspirasi
mereka dalam keputusan terbatas. Gagasan non fungsi pun , dilontarkan oleh Merton.
Merton mengemukakan nonfungsi sebagai konsekuensi tidak relevan bagi sistem
tersebut. Dapatkonsekuensi positif dimasa lalu tapi tidak dimasa
sekarang.Tidaklah dapat ditentukan manakah yang lebih penting fungsi-fungsi
positif atau disfungsi. Untuk itu Merton menambahkan gagasan melalui
keseimbangan mapan dan level analisis fungsional.
Dalam penjelasan lebih lanjut , Merton mengemukakan mengenai
fungsi manifest dan fungsi laten.Fungsi manifest adalah fungsi yang
dikehendaki, laten adalah yang tidak dikehendaki.Maka dalam stuktur yang ada,
hal-hal yang tidak relevan juga disfungso laten dipenagruhi secara fungsional
dan disfungsional. Merton menunjukan bahwa suatu struktur disfungsional akan
selalu ada. Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa
pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan
penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari cara. Hal ini Merton tidak
secara tepat mengintegrasikan teori tindakan dengan fungsionalisme. Hal ini
berimplikasi pada ketidakpasan antara intersionalitas dengan fungsionalisme
structural. Kami rasa dalam hal ini pun Merton terlalu naïf dalam mengedepankan
idealismenya tentang struktur dan dengan beraninya dia mengemukakan dia
beraliran fungsionalis, tapi dia pun mengkritik akar pemikiran yang
mendahuluinya. Tetapi, lebih jauh dari itu konsepnya mengenai fungsi manifest
dan laten telah membuka kekauan bahwa fungsi selalu berada dalam daftar menu
struktur. Merton pun mengungkap bahwa tidak semua struktur sosial tidak dapat
diubah oleh sistem sosial. Tetapi beberapa sistem sosial dapat dihapuskan.
Dengan mengakui bahwa struktur sosia dapat membuka jalan bagi perubahan sosial.
Analisi Merton tentang hubungan antara kebudayaan, struktur, dan
anomi. Budaya didefinisikan sebagai rangkaian nilai normative teratur yang
mengendalikan perilaku yang sama untuk seluruh anggota masyarakat. Stuktur
sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan
memeprnagaruhi anggota masyarakat atau kelompok tertentu dengan cara lain.
Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi ketat antara norma-norma dan
tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kelompok untuk
bertindak menurut norma dan tujuan tersebut. Posisi mereka dalam struktur
makamirakat beberapa orang tidak mampu bertindakm menurut norma-norma normative
. kebudayaan menghendaki adanya beberapa jenis perilaku yang dicegah oleh
struktur sosial. Merton menghubungkan anomi dengan penyimpangan dan dengan
demikian disjungsi antara kebudayan dnegan struktur akan melahirkan konsekuensi
disfungsional yakni penyimpangan dalam masyarakat. Anomi Merton memang sikap
kirits tentang stratifikasi sosial, hal ini mengindikasikan bahwa teori
structural fungsionalisme ini aharus lebih kritis dengan stratifikasi
sosialnya. Bahwa sturktur makamirakat yangselalu berstratifikasi dan
masing-masing memiliki fungsi yang selama ini diyakini para fungsionalis,
menurut dapat mengindikasikan disfungsi dan anomi. Dalam hal ini kami setuju
dengan Merton,dalam sensory experiences yang pernah kami dapatkan, dimana ada
keteraturan maka harus siap deng ketidakteraturan, dalam struktur yang teratur,
kedinamisan terus berjalan tidak pada status di dalamnya tapi kaitan dalama
peran. Anomi atau disfungsi cenderung hadir dipahami ketika peran dalam struktu
berdasarkan status tidak dijalankan akibat berbagai factor. Apapun alasannya
anomi dalam struktur apalagi yang kaku akan cenderung lebih besar. Dari sini,
Merton tidak berhenti dengan deskripsi tentang struktur , akan tetapi terus
membawa kepribadian sebagai produk organisasi struktur tersebut. Pengaruh
lembaga atau struktur terhadap perilaku seseorang adalah merupakan tema yang
merasuk ke dalam karya Merton, lalu tema ini selalu diilustrasikan oleh Merton
yaitu the Self Fullfilling Prophecy serta dalam buku Sosial structure And
Anomie. Disini Merton berusaha menunjukkan bagaimana struktur sosial memberikan
tekanan yang jelas pada orang-orang tertentu yang ada dalam masyarakat sehingga
mereka lebih , menunjukkan kelakuan non konformis ketimbang konformis. Menurut
Merton, anomie tidak akan muncul sejauh masyarakkat menyediakan sarana
kelembagaan untuk mencapai tujuan-tujuan kultur tersebut.
Dari berbagai penajabaran yang ada Pemahaman Merton membawa pada
tantangan untuk mengkonfirmasi segala pemikiran yang telah ada. Hal ini
terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang lebih jauh berbeda
dengan apa yang pemikiran Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu pengetahuan,
tak pelak dalam struktural fungsionalisme.
BAB 111 Kesimpulan
Sturktur-fungsional dalam sistem
pengaturan secara publik yang terkadang bahkan sering terjadi konflik dalam
pembangunan bahkan saat mulai hilang fungsi dari struktur-fungsional itu
sendiri yang sebenarnya didalamnya mempelajari antara hubungan antara ranah
piblik dalam kehidupan sosial yang komponen sosial yang melalui sistem budaya,
sistem sosial, sistem kepribadian namun,
halnya pendekatan struktur fungsi lainnya yang kemudianmmenjadi aturan-aturan
dan norma-norma yang menjadi kekuatan yang timbul dalam masyarakat yang menjadi
kebutuhan dan kewajiban melaksanakan tugas dengan benar. Pengunaan yang jarang
namun terjadi dalam masyarakat yang stabil dari pihak yang diatur maupun yang
diatur berada dalam posisi masing-masing yang absah.
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin, fedyani achmad, 2005, Antropologi kontemporer, Kencana
Prenada
Media Group, Jakarta, ed I.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar